Kamis, 26 Juni 2008

“ PERALIHAN KEKUASAAN DALAM KHULAFAUR RASYIDIN “

Setelah Nabi wafat di Madinah pada tahun 11 Hijriyah (232 M), Tugas-tugas Agama dan Kenegaraan diteruskan para penggantinya (Khulafa), yaitu empat sahabatnya yang terdekat, baik melalui hubungan darah ataupun melalui perkawinan, untuk menggantikannya sebagai pemimpin Umat Muslim.

Ke-empat khalifah ini dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Al-Khalifah Al-Rasyidin, yang berarti khalifah-khalifah yang terpercaya atau yang mendapat petunjuk, suatu gelar yang berkaitan dengan Kepemimpinan dan kapasitas mereka sebagai Kepala Negara dan Pemimpin Agama dalam mempertahankan kemurnian Ajaran Agama Islam juga berbagai aspek kehidupan sebagaima telah dicontohkan Rasullullah Saw. dalam mewujudkan kemaslahatan Umat.

Ke-empat khalifah ini memerintah selama kurang lebih tiga puluh tahun, mulai dari th. 11 – 40 hijriyah (632 – 661 M). Khalifah Abu Bakar memerintah dari tahun 11 – 13 H. (632 – 634 M), khalifah Umar dari tahun 13 – 23 H (634 – 644 M), Khalifah Ustman dari tahun 23 – 25 H (644 – 656 M) dan kholifah Ali mulai dari tahun 35 – 40 H (656 – 661 M).

Setelah Rasulullah wafat, prinsip ketauhidan yang sudah digagas dan dipraktikan oleh Rasulullah dalam menata Umat Islam masih dipegang teguh oleh ke-empat khilafah dalam tingkat pemahaman dalam sifatnya masing-masing, Abu Bakar yang bijak dan shaleh, Umar yang berani dan adil, Ustman yang lemah lembut dan Religius dan Ali yang berani dan terpelajar. Untuk lebih jelasnya kita baca dalam pembahasan.

A.Masa Khulafa Ar-Rasyidin
Rasulullah Saw. wafat pada hari Senin tanggal 8 Juni 623 M / 12 Rabiul Awal 11 H, dalam usia 63 tahun setelah mengalami sakit demam selama empat hari. Jenazah Rasulullah disemayamkan di rumah isterinya, Aisyah selama semalam, keterlambatan pemakaman jenazah Nabi ini disebabkan kaum Muslimin waktu itu belum mendapatkan pengganti Rasulullah. Kenyataan ini menimbulkan perasaan tidak senang di hati Ahlul Bait, terutama Sayyidah Fatimah putri Rasulullah istri Ali Bin Abi Thalib.

Semasa hidup, Rasulullah tidak pernah menunjuk siapakah penggantinya, kecuali meminta Abu Bakar menjadi imam shalat ketika kesehatan beliau terganggu. Keesokan harinya, tanpa direncanakan sebelumnya diadakan pertemuan di Saqiyah, dalam pertemuan tersebut terjadi silang pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar. Kaum Anshar dari suku Khazraj mencalonkan Sa’ad Bin Ubaidah sebagai pengganti Rasulullah dengan alasan; Kaum Ansharlah yang menolong Rasulullah pada saat genting dan Madinah adalah Pusat Pemerintahan. Kaum Muhajirin menolak pencalonan tersebut dengan alasan bahwa pemimpin harus dipilih dari Kaum Muhajirin karena merekalah yang pertama kali merasakan pahit getir Perjuanngan Islam.

Mendengar hal tersebut, Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah mencemaskan timbulnya perpecahan dikalangan kaum Muslimin. Umar berkata “Demi Allah, aku hanya ingin mengatakan apa yang menyenangkan diriku dan telah kupersiapkan sebelumnya, dan aku khawatir Abu Bakar tidak mau men-yampaikannya”. Kemudian Abu Bakar berkata “Jika kaum Anshar yang menjadi pemimpin, dikhawatirkan Umat Islam akan pecah karena di antara kaum Anshar sendiri terjadi perpecahan. Sementara hadits Nabi mengatakan bahwa pemimpin itu hendaklah dari suku Quraisy.” Kemudian Abu Bakar mengusulkan pencalonan Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah, tetapi kedua orang ini berdiri lalu mendekati Abu Bakar dan berbai’at kepadanya, disusul oleh seluruh peserta rapat, kecuali Zubair yang baru berba’iat setelah mendapatkan tekanan dari Umar. Sedangkan Ali baru berbai’at setelah istrinya wafat (Sayyidah Fatimah).

Peristiwa ini dikenal dengan nama “Barat Saqiyah”. Abu Bakar yang terpilih disebut khalifah Rasulullah. Dengan demikian, beliau yang menjadi khalifah pertama.1

1. Abu Bakar As-Shidiq
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah At-Tamimi, yang diberi julukan “Abu Bakar” oleh Rasulullah yang artinya “Pelopor Pagi Hari”. Karena beliau masuk Islam dalam periode paling awal.2

Gelas As-Shidiq yang disandang Abu Bakar yang berarti “Yang Percaya”, merupakan tanda kemantapan tauhid di jiwanya yang berbeda dengan sahabat lainnya, gelar tersebut diperoleh karena beliau sangat mempercayai kebenaran Islam, termasuk terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.

Di kalangan sahabat, Abu Bakar dikenal memiliki pengetahuan yang luas. Beliau berasal dari bangsawan Quraisy dan bekerja sebagai pedagang, Anaknya yang bernama Aisyah menikah dengan Rasulullah. Masa Kekhalifahan beliau berlangsung selama dua tahun, 11 – 13 H atau 632 – 634 M.3

Di Masjid Nabawi Abu Bakar memutuskan berbagai kebijaksanan penting bagi perkembangan Islam. Salah satu kebijakan momumental yang diambil oleh Abu Bakar adalah upaya perluasan Islam yang berpusat di Madinah ke wilayah luar dunia Arab, serta mengkodifikasi Qur’an. Walaupun pada masa beliau hanya mengumpulkan tulisan-tulisan Qur’an yang ada pada tulang – belulang dan kulit hewan, kebijakan ini diambil mengingat banyaknya para penghafal Qur’an yang gugur dalam perang penyebaran Agama dan beliau dikenal sebagai Pelopor Kodifikasi Qur’an.4

Dalam menjalankan kepemimpinannya, Abu Bakar berusaha konsisten dengan sistem yang berlaku pada masa hidup Rasulullah. Setelah kurang lebih dua tahun, beliau jatuh sakit. Sebelum wafat, beliau sempat meminta pendapat para sahabat Senior tentang orang yang paling tepat menggantikannya sebagai khalifah, karena beliau tidak menginginkan terjadi perpecahan Umat. Para sahabat dari kaum Muhajirin yang diajak berkonsultasi, adalah Ustman bin Affan dan Abdul Rahman bin Auf, sedang dari kaum Anshar adalah Asid bin Khudair. Demi kemaslahatan Umat, Abu Bakar meminta agar pembicaraan itu tidak bocor. Akhirnya, mereka sepakat menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah Pengganti.

Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khattab diangkat sebagai Khalifah Kedua. Pengangkatannya dianggap tepat karena pada saat itu negara masih diancam perpecahan dan tindak penghinatan.5

2. Umar bin Khattab
Pengangkatan Umar sebagai khalifah atas wasiat dari khalifah Abu Bakar semasa hidupnya yang telah menunjuk Umar sebagai penerusnya. Semeninggal Abu Bakar, Umar dibai’at pada tahun 634 M dan menjabat sebagai khalifah selama 10 tahun dari 13 – 23 H. Sebagai penerus Abu Bakar beliau banyak meneruskan langkah-langkah Abu Bakar yang belum tuntas.6

Kepribadiannya dikenal keras sehingga diberi gelar “Singa Padang Pasir”. Sebelum Rasulullah meninggal, beliau pernah berdo’a “Ya Allah kuatkanlah Islam dengan dua Amr, yaitu Amr bin Hisam dan Umar bin Khattab”, Amr bin Hisam (Abu Jahal) tetap kafir sampai dia meninggal, sedangkan Umar masuk Islam setelah membaca surat Thaha 1 – 8, Kemudian Rasulullah memberinya gelar “Al-Faruq” yang berarti “Orang yang mampu membedakan kebanaran dengan kebathilan”. Pada masa pemerintahaannya, beliau berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan Romawi dan Persia, serta membebaskan Baitul Maqdis dari penduduk Romawi.

Pada masa yang gemilang tersebut Umat Islam digemparkan dengan kabar meninggalnya khalifah Umar bin Khattab, akibat tikaman dari Abu Lu’lu’ah ketika beliau sedang shalat subuh di mesjid Nabawi. Kemudian beliau jatuh bersimba darah, dengan nafas tersenggal-senggal beliau bertanya, “Siapakah yang menikam aku ?”. Para sahabat menjawab, ”Abu Lu-lu-ah”. Kemudian beliau berkata, “Alhamdulillah, saya tidak dianiyah oleh sesama Muslim”.

Karena khawatir bahwa luka yang diderita Umar akan menyebabkan kematiannya, para sahabat meminta beliau menunjuk seseorang sebagai penggantinya. Tetapi beliau menolak permintaan itu, dan sempat marah ketika mereka mencalonkan putranya, Abdullah bin Umar sebagai pengganti. Ketika para sahabat kembali mendesak, akhirnya beliau menyerah dan mengambil jalan tengah dan membentuk formatur yang terdiri atas enam orang, yaitu Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Sa’ad bin Abu Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan Thalhah bin Ubaidah.

Setalah khalifah Umar meninggal dunia, 5 anggota formatur bersidang, sementara Thalhah pergi keluar kota Madinah. Pembicaraan itu berjalan alot karena semua anggota mencalonkan diri dan tidak ada yang mau mundur. Dalam proses berikutnya Abdul Rahman memundurkan diri sehingga tinggal 4 calon.

Masyarakat Islam pada saat itu terbagi dalam dua kelompok, yaitu yang mendukung Ustman dan yang mendukung Ali. Abdul Rahman bertanya kepada Ali, seandainya bukan dia yang menjadi khalifah, siapakah yang paling tepat, Ali menjawab “Ustman”. Kemudian pertanyaan serupa diajukan kepada Zubair dan Sa’ad mereka pun menjawab “Ustman”. Ketika ditanyakan kepada Ustman, jawabnya “Ali”. Dengan demikian ada dua calon yaitu Ali dan Ustman. Abdul Rahman kemudian memanggil Ali dan menanyakan kesanggupannya bila dipilih sebagai khalifah. Ali menjawab “Saya berharap dapat berbuat sejauh pengetahuan dan kemampuan saya”. Ketika ditanyakan kepada Ustman, ia menjawab dengan tegas “Ya, saya sanggup”. Berdasarkan jawaban itu maka Ustman dipilih sebagai khalifah, Ali sangat kecewa dan menuduh Abdul Rahman dan Ustman telah menyusun rencana tersebut jauh sebelumnya, sebab jika Ustman menjadi khalifah, kelompok Abdul Rahman juga akan “kecipratan” memegang kekuasaan.7

3. Ustman bin Affan
Seperti yang telah diusulkan oleh khalifah Umar, bahwasanya pengangkatan Ustman bin Affan menjadi khalifah berdasarkan keputusan Majelis Pemilihan yang terdiri dari Abi bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas dan Thalhah.

Masa pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun, yaitu mulai tahun 23- 35 H (644 – 656 M). Ustman berasal dari Bani Umayyah, masa kepemimpinannya ditandai oleh perpecahan, berbeda dengan masa dua khalifah sebelumnya. Khalifah Ustman sering melakukan kebijakan yang bersifat Nepotisme, yaitu penyerahan banyak jabatan kepada anggota keluarga dengan pertimbangan bahwa beliau sudah mengenal orang yang bersangkutan, dan keyakinannya bahwa anggota keluarga yang diangkatnya tidak akan mencemarkan nama baiknya.Walaupun demikian khalifah Ustman telah berhasil dalam melakukan kodifikasi Qur’an, sehingga kodifikasi naskah atau mushaf Qur’an terdahulu dimusnahkan dengan tujuan agar tidak membingungkan Umat Islam.

Namun pada akhirnya, pengaruh kekuasaanya pudar tergerus oleh golongan Separatis atau para penentang yang menginginkan khalifah Ustman untuk turun dari jabatannya karena sikap Nepotisme yang dilakukannya. Kemudian khalifah Ustman meninggal karena ditikam oleh seseorang yang tidak menghendaki kepemimpinannya.8

Pembunuhan tersebut menimbulkan berbagai gejolak pada tahun-tahun berikutnya, dan karena alasan inilah maka kemudian disebut sebagai Al-Bab Al-Maftuh (Terbukanya pintu bagi perang saudara).9

4. Ali bin Abi Thalib
Ustman tidak sepakat menunjuk penggantinya. Setelah meninggal dunia, para pemberontak yang dipilih oleh Abdullah bin Saba menuju rumah Ali. Mereka berkata “Kami akan membai’atmu sebagai khalifah”. Ali menolak “ Bukan hak kalian untuk menunjukku, itu adalah hak para Ahli Musyawarah dan orang yang ikut dalam perang Badar. Siapa yang direstuinya dialah yang akan menjadi khalifah”. Mereka terus berkeras memaksakan kehendaknya. Akhirnya, Ali mengusulkan pembai’atan di mesjid, supaya Umat Islam menyetujuinya, tetapi usul tersebut ditolak secara tiba-tiba kaum Muhajirin dan Anshar diikuti oleh semua yang hadir melakukan pembai’atan secara terbuka.10

Pengangkatan Ali sebagai khalifah oleh Majelis Pemilihan, ternyata mendapat pertentangan dari Thalhah dan Zubair selaku dua orang anggota majelis dari enam orang anggota Majelis Pemilihan Khalifah. Karena keduanya menuduh Ali berada di belakang peristiwa pembunuhan khalifah Ustman, walaupun demikian Ali tetap dinobatkan sebagai khalifah ke-empat setelah Ustman wafat.

Thalhah dan Zubair sebenarnya termasuk orang-orang yang berasal dari keluarga atau golongan Umayyah. Dari sinilah sebenarnya mulai muncul pembangkangan oleh kekuasaan Umayyah yang memilih Damaskus sebagai sebagai Pusat Pemerintahan, dengan Muawiyah sebagai khalifahnya.

Khalifah Ali pada saat penobatan dirinya sebagai khalifah mendapat dukungan dari golongan Syi’ah, yang memiliki anggapan bahwa sebenarnya semenjak Nabi Muhammad wafat, yang berhak meneruskan kepemimpinannya secara hukum adalah Ali bin Abi Thalib. Mereka menuduh bahwa khalifah terdahulu merebut hak kewarisan kepemimpinan dari Ali. Sebagaimana yang diketahui bahwa Ali adalah keponakan dan sekaligus menantu Nabi. Oleh karena itu golongan Syi’ah mengklaim bahwa keturunan dari sahabat Ali yang berhak atas kepemimpinan Islam sampai akhir zaman.

Setelah Ali dibai’at di Madinah, banyak sahabat yang tidak mendukung, kemimipinannya ditolak oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan Gubernur Suri’ah, yang masih kerabat Ustman. Alasannya, Ali harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Ustman dan hak untuk memilih khalifah bukan lagi monopoli orang-orang di Madinah mengingat semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam.

Pada akhirnya terjadi pertempuran antara pendukung Ali dengan pendukung Muawiyah, yang terjadi di Siffin, peristiwa ini disebut dengan Fitnatul Qubra ( Bencara Besar ), karena terjadi perang saudara yang amat besar. Peperangan tersebut berlanjut karena masing-masing memiliki kekuatan yang imbang. Sampai akhirnya pihak Umayyah melemah dan mereka mengusulkan untuk mengadakan perundingan damai. Ali menyetujui usulan perundingan tersebut dengan mengutus Musa Al-Asy’ari, sedang pihak Umayyah memilih Amir bin Ash sebagai orang kepercayaan mereka. Mereka mengadakan perundingan dengan dipandu oleh golongan Penengah. Namun pihak Penengah dari pihak Muawiyyah tidak jujur, dan berpihak pada Muawiyyah. Akhirnya, hasil dari keputusan tersebut menyatakan bahwa Muawiyyah sebagai khalifah resmi. Mendengar keputusan tersebut, perangpun bergejolak kembali, sampai pada suatu hari pada tanggal 24 Januari 661 M. Khalifah ini terbunuh dengan Pedang Beracun, sehingga berakhirlah Era Khulafa Ar-Rasyidin.11

KESIMPULAN

Sebelum wafatnya Rasulullah Saw. tidak pernah menunjuk salah seorang sahabatnya sebagai pengganti. Sehingga, ketika beliau wafat, terjadi silang pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshor perihal siapa yang pantas menjadi pengganti Rasulullah Saw. selanjutnya pada saat silang pendapat mencapai puncaknya, Umar bin Khattab dan Abu Ubai’dah menunjuk Abu Bakar sebagai khalifah Pertama dan mereka berbai’at kepada Abu Bakar.

Dalam kepemimpinannya Abu Bakar berusaha konsisten dengan sistem yang berlaku pada masa hidup Rasulullah Saw. Beliau memimpin selama dua tahun, sebelum meninggal beliau meminta pendapat para sahabatnya tentang siapa pengganti selanjutnya, kemudian para sahabat menunjuk Umar bin Khattab karena dianggap tepat pada saat itu.

Khalifah Umar memimpin selama 10 tahun, sebelum beliau meninggal, peralihan kekuasaannya dengan cara dibentuknya formatur yang terdiri dari enam sahabat sebagai calon Pengganti, dalam formatur tersebut berjalan a lot karena semuanya mencalonkan diri, akan tetapi pilihan terakhir jatuh pada sahabat Ustman.

Kepemimpinan khalifah Ustman berjalan selama 12 tahun, pada masa khalifah Ustman inilah mulai terjadinya perpecahan, karena seringnya melakukan kebijakan yang bersifat Nepotisme. Sehingga pada akhirnya kekuasaannya pudar, dan beliaupun meninggal dalam keadaan terbunuh, sehingga tidak sempat menunjuk pengganti (khalifah selanjutnya).

Setelah khalifah Ustman meninggal, terjadi perselisihan antara pendukung Ali dengan pendukung Ustman (Muawiyyah), sehingga menimbulkan pertempuran antara keduanya, pertempuran ini disebut dengan Fitnatul Qubra, karena terjadi perang saudara yang amat besar. Walaupun demikian sahabat Ali tetap dinobatkan sebagai khalifah ke-empat setelah Ustman (khalifah yang terakhir).

  • resourceable

  • ilmu niten


  • jika terjadi seperti ini, disengaja atau tidak ?


  • religius road


  • ( have not permission to Tsuwaibatul Aslamiyah for the thesis, contact antijelmaan@yahoo.com if you want to claim )

    4 komentar:

    haninnafilah mengatakan...

    Mohon maaf sebelumnya,tulisan nya tidak bisa dibaca karena ke contras an warna nya..terimakasih

    Cut Sofy Iramarisa mengatakan...

    apakah tidak ada referensi dari buku ?

    Orang yang masih belajar apa itu artinya istighfar mengatakan...

    Itu fitnatul kubro apa perang siffin ya? Mohon pencerahannya, soalnya masih ragu

    Irsyad mengatakan...

    tolong dong warnanya dibikin kontras, isinya dh bagus, bisa bikin males baca kalo gini